Kemenangan kandidat Demokrat dalam pemilihan presiden AS

Pada awal 2020, jauh sebelum kampanye pilpres dimulai, analis Saxo Bank mulai memprediksi bahwa presiden AS berikutnya kemungkinan adalah seorang Demokrat. Banyak pakar meremehkan perkiraan ini. Selain itu, awalnya, analis bertaruh pada Elizabeth Warren bukan Joe Biden. Ditambah, rating Presiden AS saat ini, Donald Trump, tetap sangat tinggi di sepanjang tahun. Ini hanya membuat pelaku pasar meragukan kemenangan rivalnya. Warga Amerika yakin Trump mampu menjamin perkembangan ekonomi negara yang stabil. Oleh karena itu, mereka sepenuhnya mendukung kebijakan luar negerinya terhadap Irak. Namun, mereka mengubah opini mereka saat pandemi virus corona datang. Kebijakan yang diambil pemerintahan Trump untuk melawan pandemi tidak efektif. Pengangguran melonjak ke level yang belum pernah dicapai sementara ekonomi sangat sulit. Hasilnya, AS memasuki krisis ekonomi paling dalam. Tidak heran, Trump tidak mampu mempertahankan kekuasaannya dan prediksi Saxo Bank menjadi kenyataan.

Pukulan keras terhadap dominasi dolar AS

Sejak musim semi 2020, mata uang nasional AS semakin turun drastis terhadap lawan-lawan utamanya. Pada akhir tahun, indeks dolar AS diperdagangkan di level terendah. Pada akhir Desember, ICE, yang mengukur nilai dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia, turun 5,6% dan indikator lanjutan, yang mengukur greenback terhadap 16 mata uang, melesak 4,4%. Jalur pergerakan mata uang AS ini tidak pernah terlihat selama hampir 2,5 tahun. Peringatan dari para pakar Saxo Bank mengenai pertumbuhan pesat defisit publik, pemotongan suku bunga, meningkatnya permintaan untuk aset-aset berisiko dan beberapa faktor lainnya menyebabkan penurunan drastis dolar AS.

Kenaikan pesat krona Swedia

Pada awal 2020, para pakar Saxo Bank meyakini bahwa krona Swedia akan menjadi yang paling diuntungkan di sepanjang tahun. Bahkan, pada kuartal pertama, terjadi kenaikan drastis nilai tukar krona Swedia terhadap mata uang Eropa. Mata uang Swedia ini berhasil melaju di tengah pertumbuhan pengeluaran publik di Swedia sehubungan dengan datangnya imigran. Dengan demikian, krona membengkak hingga 4% terhadap euro. Peristiwa pada paruh kedua tahun 2020 semakin mendorong rally krona Swedia. Negara ini tidak mengikuti kebijakan terpopuler dan paling banyak diambil negara lain untuk melawan infeksi virus corona, yaitu 'lockdown'. Semua perusahaan tetap beroperasi sepanjang puncak pandemi di seluruh dunia. Peralihan ke kebijakan moneter lunak di sebagian besar negara justru memfasilitasi selera investor untuk mengambil risiko dan membuat mata uang Swedia semakin populer. Saat ini, krona diperdagangkan di level tertingginya hampir dalam tiga tahun.